Kewajiban Mencintai Ahlul Bait Keluarga Nabi Muhammad saw
Kewajiban mencintai dan menghormati keturunan Rasulullah saw merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditawar lagi. Mencintai dan memuliakan mereka adalah bentuk representasi dari cinta kepada baginda Nabi saw. Oleh sebab itu, sangat janggal jika ada seorang muslim yang mengklaim dirinya cinta kepada Nabi saw, tetapi di lain sisi, justru ia paling memusuhi keturunanya.
Selain tindakan seperti itu menyalahi logika yang
sehat, juga bertentangan dengan sabda Nabi saw yang dengan jelas mengimbau kita
untuk senantiasa mencintai dan memuliakan keturunannya. Rasulullah saw
bersabda:
عبد الله بن عباس رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى
الله عليه وسلم أحِبُّوا الله لما يَغْذوكم من نعمه وأحِبُّوني لحُبِّ الله وأحِبُّوا
أهلَ بيتي لحُبِّي أخرجه الترمذي
“Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw
bersabda: “Cintalah kalian kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan kepada
kalian, cintailah aku karena kecintaan kalian kepada Allah dan cintailah ahli
bait ku karena kecintaan kepada kepadaku”. (HR. Imam At-Tirmidzi).
Perintah mencintai dan memuliakan keturunan Nabi saw
tidak hanya datang dari Nabi saw sendiri, tetapi perintah ini juga termaktub
dalam al-Quran secara eksplisit. Allah swt bersabda:
قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ
فِي الْقُرْبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نزدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ
غَفُورٌ شَكُورٌ
“Katakanlah, ‘Aku tidak meminta kepada kalian suatu
upah pun (atas seruanku) kecuali kasih sayang dalam keluarga. Barang siapa yang
melakukan kebaikan akan Aku tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Asy-Syura [42];
23).
Maksud kata “keluarga” di ayat ini adalah keluarga
atau keturunan Rasulullah saw sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits. Di
antaranya hadits berikut riwayat Abdullah bin Abbas:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ
عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ
قَرَابَتُكَ هَؤُلاءِ الَّذِينَ وَجَبَتْ عَلَيْنَا مَوَدَّتُهُمْ؟ قَالَ:عَلِيٌّ وَفَاطِمَةُ
وَابْنَاهُمَا رَضِي اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمْ
“Diriwayatkan dari Abnu Abbas berkata:
“Ketika ayat (tersebut) diturunkan, para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah,
siapakah kerabat yang wajib kita cintai?”. Rasulullah saw menjawab: “Ali,
Fathimah dan anak cucu mereka”. (HR. Imam ath-Thabarani).
Demikian juga tafsiran kata hasanah (kebaikan)
dalam ayat di atas adalah mencintai keluagar Rasulullah saw sebagaimana
penjelasan dari pemuka tafsir kalangan sahabat, yakni Abdullah bin Abbas ra.
Penafsiran ini diriwayatkan oleh Imam As-Suddi dari Abu Malik dari Ibnu Abbas,
berikut redaksinya:
وروى السدي عن أبي مالك عن ابن عباس في قوله تعالى: ومن يقترف
حسنة نزد له فيها حسناً قال: الحسنة المودة لآل محمد صلى الله عليه وسلم
“Diriwayatkan Imam As-Suddi dari Abu Malik
dari Ibnu Abbas dalam hal firman Allah swt: “Barang siapa yang melakukan
kebaikan akan Aku tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu”. Ibnu Abbas
berkata: “Maksud kebaikan itu adalah mencintai keluarga Nabi Muhammad saw”.
Memang keturunan Rasulullah saw juga manusia yang
sangat mungkin melakukan dosa. Mereka tidak maksum sebagaimana buyutnya, akan
tetapi hal itu tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak mencintai dan memuliakan
mereka, apalagi sampai membabi buta benci terhadap mereka. Sebab bagaimana pun,
mereka adalah keturunan Rasulullah saw yang tentunya dalam daging mereka
mengalir darah Rasulullah saw.
Sehubungan dengan ini, Habib Abdullah bin Alwi
al-Haddad mengatakan dalam salah satu kitabnya:
وأما من كان
من أهل هذا
البيت ليس على
مثل طرائق أسلافهم
الطاهرين، وقد دخل
عليهم شيئ من
التخليط لغلبة الجهل،
فينبغي أيضا أن
يعظّموا ويحترموا لقرابتهم
من رسول الله
الله صلى الله
عليه وسلم
“Adapun
mereka yang berasal dari keturunan Rasulullah yang tidak menempuh jalan leluhur
mereka yang disucikan, lalu mencampuradukkan antara yang baik dan buruk disebabkan
kejahilannya, sepatutnya mereka tetap dihormati semata-mata karena kekerabatan
mereka dengan Nabi saw”.
Dari sini, patut kiranya seorang imam besar, yakni Imam
Abdurrahman ad-Diba’i menggubah syair yang menjelaskan posisi dan status
ahlulbait yang beliau ibaratkan bintang-bintang yang bergemilang:
أهل بيت المصطفى الطهر هم أمان الأرض فاذكر
شبــهوا بالأنجــم الزهــر مثل ما قد جاء في السنن
“Ahli baitnya Nabi Muhammad yang terpilih
adalah orang-orang suci. Mereka adalah yang memberikan rasa aman dan sentosa di
muka bumi. Mereka laksana bintang-bintang yang gemilang sebagaimana dijelaskan
dalam beberapa hadits”.
Demikian juga ulama panutan kita, KH. Maimoen Zubair
yang mengibaratkan ahlulbait laksana sobekan mushaf yang kendatipun
tercerai-berai harus tetap dihormati, dicintai dan dimuliakan. Ini adalah
petuah yang harus kita pegang sampai akhir hayat agar selalu dalam sikap hormat
dan memuliakan mereka. Jangan sebaliknya, membenci bahkan melecehkan mereka
hanya karena perbedaan pandangan agar kita tidak masuk kategori dalam hadits
berikut:
فَلَوْ أَنَّ رَجُلا صَفَنَ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ
وَصَلَّى وَصَامَ، ثُمَّ مَاتَ وَهُوَ مُبْغِضٌ لأَهْلِ بَيْتِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَضِي عَنْهُمْ دَخَلَ النَّارَ
“Seandainya seseorang beribadah (melakukan shalat dan puasa) di antara
rukun dan maqâm (Ka’bah),
kemudian dia mati dalam keadaan benci pada keluarga Muhammad, niscaya ia akan
masuk neraka”.
(HR. Imam ath-Thabarani).[]
Afifuddin
0 Response to "Kewajiban Mencintai Ahlul Bait Keluarga Nabi Muhammad saw"
Posting Komentar